KONSTRUKSI BAJA WF call - 0813-1839-7790
KONSTRUKSI
BAJA WF
daftar harga
tonase
diatas 10ton.sebagai berikut;
diatas 10ton.sebagai berikut;
daptar harga
jasa tenaga alat / klg 6.999 rp
daptar harga
jasa tenaga alat matrial.16.999 rp
untuk seng
atap 68250rp. / mm
daptar harga
tonase dibawah 10ton sebagai berikut;
untuk harga
jasa tenaga / klg 1800rp
untuk harga
jasa tenaga alat / klg 3500rp
untuk harga
jasa tenaga alat matrial / klg 15380rp
untuk seng
atap 75000rp. / mm
daptar harga
untuk pekerjaan kap rumah tinggal sebagai berikut;
untuk harga
jasa tenaga / mm.75000rp
untuk harga
jasa alat./ mm.135000rp
untuk harga
jasa alat matrial./ mm.425000rp
untuk harga
genteng atap jasa dan matrial. / mm.95000rp
daptar harga
diatas masih bisa nego....tergantung banyak sedikitnya tonasenya.
untuk harga
baja ringan.diatas 100mm.sebagai berikut;
untuk haraga
jasa tenaga./ mm.27500rp
untuk haraga
baja ringan / mm.165000rb
belum
termasuk atap......
untuk harga
baja ringan dibawah 100mm.sebagai berikut;
untuk harga
jasa tenaga./ mm35000rp
untuk harga
baja ringan / mm.215000rp
belum termaksut
atap.....
info lebih
lanjut
CALL –
0815-1074-1073
021 –
92-130-160
Email-bajawf200@yahoo.com
SPECIALIS
konstruksi
baja wf / baja h beam
Setelah
sebelumya berikutnya dalam berbagai pekerjaan konstruksi membutuhkan data
profil baja untuk dapat mengitung dimensi baja yang diperlukan dengan harapan
mendapatkan struktur yang kuat juga murah..Untuk keperluan kemudahan dalam
merencanakan serta melaksankan sebuah pekerjaan bangunan struktur baja maka
dilakukan sebuah inovasi dengan menciptakan berbagai macam bentuk baja yang
disertai dengan tabel berat baja berisi ukuran dimensi, berat baja, besarnya
momen inersia, letak titik berat dll yang dapat dilihat pada tabel berat baja,
dengan adanya jenis-jenis baja ini maka dapat dilakukan penentuan jenis baja
yang akan digunakan untuk dijadikan kandidat penggunaan material baja pada
sebuah struktur bangunan nantinya.
Dalam tabel
tersebut terdapat:
- Macam-macam profil
- Berat
- Ukuran profil
- Titik berat profil baja
- DLL
Macam –
macam bentuk profil baja antara lain:
- Profil siku
- Profil I
- Profil WF
- Profil Pipa
- Profil Canal
- Plat baja
- Profil H beam
- Contoh suatu gambar penampang profil baja beserta ukuran dimensinya:
Berikut ini
Tabel baja dalam format microsoft excel Untuk bentuk – bentuk baja
dengan model tertentu yang tidak terdapat dalam tabel baja dapat dihutung
beratnya secara tersendiri dengan menggunakan pedoman berat baja per m 3
menurut standar nasional indonesia yaitu 7850 kg/m3 , jika kurang begitu yakin
mengenai nilai berat baja per m3 yang sudah diberikan
oleh standar
nasional indonesia maka dapat dilakukan penelitian berat baja sendiri yang
urutan penelitianya dapat dilihat pada artikel tentang penentuan berat baja per
m3
Jasa.....
Sejarah
Struktur Baja
Posted on
25/06/2008 | Tinggalkan Komentar
I. Sejarah
Struktur Baja
Penggunaan
logam sebagai bahan struktural diawali dengan besi tuang untuk bentang
lengkungan (arch) sepanjang 100 ft (30 m) yang dibangun di Inggris pada
tahun 1777 – 1779. Dalam kurun waktu 1780 – 1820,. Dibangun lagi sejumlah
jembatan dari besi tuang, kebanyakan berbentuk lengkungan dengan balok – balok
utama dari potongan – potongan besi tuang indivudual yang membentuk batang –
batang atau kerangka (truss) konstruksi. Besi tuang juga digunakan
sebagai rantai penghubung pada jembatan – jembatan suspensi sampai sekitar
tahun 1840.
Setelah
tahun 1840, besi tempa mulai mengganti besi tuang dengan contoh pertamanya yang
penting adalah Brittania Bridge diatas selat Menai di Wales yang dibangun pada
1846 – 1850. Jembatan ini menggunakan gelagar –gelagar tubular yang membentang
sepanjang 230 – 460 – 460 – 230 ft (70 – 140 – 140 – 70 m) dari pelat dan
profil siku besi tempa.
Proses canai
(rolling) dari berbagai profil mulai berkembang pada saat besi tuang dan
besi tempa telah semakin banyak digunakan. Batang – batang mulai dicanai pada
skala industrial sekitar tahun 1780. Perencanaan rel dimulai sekitar 1820 dan
diperluas sampai pada bentuk – I menjelang tahun 1870-an.
Perkembangan
proses Bessemer (1855) dan pengenalan alur dasar pada konverter Bessemer (1870)
serta tungku siemens-martin semakin memperluas penggunaan produk – produk besi
sebagai bahan bangunan. Sejak tahun 1890, baja telah mengganti kedudukan besi
tempa sebagai bahan bangunan logam yang terutama. Dewasa ini (1990-an), baja
telah memiliki tegangan leleh dari24 000 sampai dengan 100 000 pounds per
square inch, psi (165 sampai 690 MPa), dan telah tersedia untuk
berbagai keperluan struktural.
Berikut ini
adalah awal mula ditemukannya Baja.
- · Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM
- · Tahun 1100 SM, Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun tersebbut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas.
- · Tahun 1000 SM, bangsa yunani, mesir, jews, roma, carhaginians dan asiria juga mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam kehidupannya.
- · Tahun 800 SM, India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa arya.
- · Tahun 700 – 600 SM, Cina belajar membuat besi.
- · Tahun 400 – 500 SM, baja sudah ditemukan penggunaannya di eropa.
- · Tahun 250 SM bangsa India menemukan cara membuat baja
- · Tahun 1000 M, baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali pada 1000 M pada
kekaisaran
fatim yang disebut dengan baja damascus.
- · 1300 M, rahasia pembuatan baja damaskus hilang.
- · 1700 M, baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa.
II. Material baja
2.1 Jenis –
jenis Baja
Dengan baja
dimaksudkan suatu bahan dengan keserbasamaan yang besar, yang terutama terdiri
atas ferrum (Fe) dalam bentuk hablur dan 0,04 @ 1,6% zat arang (C);
zat arang itu didapat dengan jalan membersihkan bahan pada temperatur yang
sangat tinggi, dengan menggunakan proses – proses yang akan disebut sebagian
besar dari besi kasar, yang dihasilkan oleh dapur – dapur tinggi.
Semua jenis
– jenis baja sedikit banyak dapat ditempa dan dapat disepuh, sedangkan untuk
baja lunak pada tegangan yang jauh dibawah kekuatan tarik atau batas
patah TB, yaitu apa yang dinamakan batas lumer atau tegangan
lumer Tv, terjadi suatu keadaan yang aneh, dimana perubahan bentuk berjalan
terus beberapa waktu, dengan tidak memperbesar beban yang ada.
Sifat –
sifat baja bergantung sekali kepada kadar zat arang, semakin bertambah kadar
ini, semakin naik tegangan patah dan regangan menurut prosen, yang terjadi pada
sebuah batang percobaan yang dibebani dengan tarikan, yaitu regangan patah
menjadi lebih kecil.
Persentase
yang sangat kecil dari unsur – unsur lainnya, dapat mempengaruhi sifat – sifat
baja dengan kuat sekali, secar baik atau jelek. Guna membedakannya, jenis –
jenis baja diberi nomor yang sesuai dengan tegangan patah yang dijamin dan yang
terendah pada percobaan tarik yang normal, tetapi untuk setiap jenis baja juga
ditentukan suatu TBmaks.
1.2
Klasifikasi Baja
1. Baja
Karbon
Baja Karbon
dibagi menjadi empat kategori berdasarkan persentase karbonnya : Karbon rendah
(kurang dari 0,15%); Karbon lunak (0,15 – 0,29%); Karbon sedang (0.3 – 0.59%);
dan karbon tingi (0,6 – 1,7%). Baja Karbon struktural termasuk dalam kategori
karbon lunak. Baja Karbon struktur menunjukan titik leleh dfinit, peningkatan
perentase karbon akan menigkatkan kekerasannya namun mengurangi kekenyalannya,
sehingga lebih sulit dilas.
2. Baja
Perpaduan Rendah Berkekuatan Tinggi
Kategori ini
meliputi baja – baja yang memiliki tegangan leleh dari 40 – 70 ksi (275 – 480
MPa), yang menunjukan titik leleh yang jelas, sama dengan yang terjadi pada
baja karbon. Penambahan sejumlah elemen paduan terhadap baja seperti krom,
kolubium, tembaga, mangan, molibden, nikel, fosfor, vanadium atau zirkonium,
akan memperbaiki sifat – sifat mekanisnya. Bila Karbon mendapatkan kekuatan
dengan penambahan kandungan karbonnya, elemen – elemen paduan menciptakan
tambahan kekuatan lebih dengan mikrostruktur yang halus ketimbang mikrostruktur
yang kasar yang diperoleh selama proses pendinginan baja. Baja paduan rendah
berkkuatan tinggi digunakan dalam kondisi seperti tempaan atau kondisi normal
yakni kondisi dimana tidak digunakan perlakuan panas.
3. Baja
Paduan
Baja paduan
rendah dapat didinginkan dan disepuh supaya dapat mencapai kekuatan leleh
sebesar 80 – 110 ksi (550 – 760 MPa). Kekuatan leleh biasanya didefinisikan
sebagai tegangan pada regangan offset 0,2%, karena baja ini tidak
menunjukan titik leleh yang jelas. Dengan prosedur yang tepat baja ini dapat
dilas, dan biasanya tidak membutuhkan tambahan perlakuan panas setelah
pengelasan dilakukan. Untuk beberapa keperluan khusus, kadangkala dibutuhkan
pengendoran tegangan. Beberapa baja karbon, seperti baja tekanan fluida
tertentu, dapat didinginkan dan disepuh supaya dapat memberikan kekuatan leleh
sekitar 80 ksi (550 MPa), namun kebanyakan baja dengan kekuatan sedemikian
merupakan baja paduan rendah. Baja paduan rendah ini pada umumnya memiliki
karbon sekitar 0,2% supaya dapat membatasi kekerasan mikrostruktur btiran kasar
(martensit) yang mungkin terbentuk selama perlakuan panas atau pengelasan,
sehingga dapat mengurangi bahaya retakan.
Perlakuan
panas terdiri dari pendinginan (pendinginan secara cepat dengan air atau minyak
paling tidk 16500F (9000C) sampai sekitar 300 – 4000F); kemudian penyepuhan
dengan pemanasan kembali sampai paling tidak sekitar 11500F (6200C) dan
kemudian dibiarkan mendingin. Penyepuhan, meskipun mengurangi sedikit kekuatan
dan kekerasan dari bahan yang telah didinginkan, namun dapat meningkatkan
kekenyalan dan keuletan. Pengurangan dalam kekuatan dan kekerasan dengan
peningkatan temperatur sedikit dilawan oleh munculnya pengerasan sekunder yang
terjadi akibat penyerapan kolubium, titanium atau vanadium karbida. Penyerapan
ini dimulai pada temperatur sekitar 9500F (5100C) dan menjadi makin cepat
sampai sekitar 12500F (6800C). Penyepuhan pada atau sekitar 12500F untuk
mendapatkan penyerapan maksimum dari karbida mungkin akan mengakibatkan masuknya
elemen tersebut ke dalam zona transformasi dan hasilnya mikrostruktur menjadi
lebih lemah yang mungkin dapat diperoleh tanpa pendinginan dan penyepuhan.
Secara
ringkas, pendinginan menghasilkan martensit, suatu mikrostruktur getas yang
sangat keras dan kuat ; pemanasan kembali akan sedikit mengurangi kekuatan dan
kekerasan, namun akan meningkatkan keuletan dan kekenyalan.
III. Sifat
Baja
v Baja tahan
garam (acid-resisting steel)
v Baja tahan
panas (heat resistant steel)
v Baja tanpa
sisik (non scaling steel)
v Electric
steel
v Magnetic
steel
v Non
magnetic steel
v Baja tahan
pakai (wear resisting steel)
v Baja tahan
karat/korosi
IV Struktur
Baja
Struktur
dapat dibagi menjadi tiga kategori umum :
a) Struktur
rangka (framed structure), dimana elemen – elemennya kemungkinan terdiri
dari batang – batang tarik, balok, dan batang – batang yang mendapatkan beban
lentur kombinasi dan beban aksial,
b) Struktur
tipe cangkang (shell type structure), dimana tegangan aksial lebih
dominan,
c) Struktur
tipe suspensi (suspension type structure), dimana tarikan aksial lebih
mendominasi sistem pendukung utamanya.
a) Struktur
Rangka
Kebanyakan
konstruksi bangnan tipikal termasuk dalam kategori ini. Bangunan berlantai
banyak biasanya terdiri dari balok dan kolom, baik yang terhubungkan secara rigid
atau hanya terhubung sederhana dengan penopang diagonal untuk menjaga
stabilitas. Meskipun suatu bangunan berlantai banyak bersifat tiga dimensional,
namun biasanya bangunan tersebut didesain sedemikian rupa sehingga lebih kaku
pada salah satu arah ketimbang arah lainnya. Dengan demikian, bangunan tersebut
dapat diperlakukan sebagai serangkaian rangka (frame) bidang. Meskipun
demikian, bila perangkaan sedemikian rupa sehingga perilaku batang – batangnya
pada salah satu bidang cukup mempengaruhi perilaku pada bidang lainnya, rangka
tersebut harus diperlakukan sebagai rangka ruang tiga dimensi.
Bangunan –
bangunan industrial dan bangunan – bangunan sau lantai tertentu, seperti
gereja, sekolah, dan gelanggang, pada umumnya menggunakan struktur rangka baik
secara keseluruhan maupun hanya sebagian saja. Khususnya sistem atap yang
mungkin terdiri dari serangkaian kerangka datar, kerangka ruang, sebuah kubah
atau mungkin pula bagian dari suatu rangka datar atau rangka kaku satu lantai dengan
pelana. Jembatan pun kebanyakan merupakan struktur rangka, seperti balok dan
gelagar pelat atau kerangka yang biasanya menerus.
b) Struktur
Tipe Cangkang
Dalam tipe
struktur ini, selain melayani fungi bangunan, kubah juga bertindak sebagai
penahan beban. Salah satu tipe yang umum dimana tegangan utamanya berupa
tarikan adalah bejana yang digunakan untuk menyimpan cairan (baik untuk
temperatur tinggi maupun rendah), diantaranya yang paling terkenal adalah tanki
air. Bejana penyimpanan, tanki dan badan kapal
merupakan contoh – contoh lainnya. Pada banyak struktur dengan tipe cangkang,
dapat digunakan pula suatu struktur rangka yang dikombinasikan dengan cangkang.
Pada dinding
– dinding dan atap datar, sementara berfungsi bersama dengan sebuah kerangka
kerja, elemen – elemen “kulit”nya dapat bersifat tekan. Conto pada badan
pesawat terbang. Struktur tipe cangkang biasanya didesain oleh seorang
spesialis.
c) Struktur
Tipe Suspensi
Pada
struktur dengan tipe suspensi, kabel tarikmerupakan elemen – elemen utama.
Biasanya subsistem dari struktur ini terdiri dari struktur
kerangka, seperti misalnya rangka pengaku pada jembatan gantung. Karena elemen
tarik ini terbukti paling efisien dalam menahan beban, struktur dengan konsep
ini semakin banyak dipergunakan.
Telah
dibangun pula banyak struktur khusus dengan berbagai kombinasi dari tipe
rangka, cangkang, dan suspensi. Meskipun demikian, seorang desainer spesialis
dalam tipe struktur cangkang ini pun pada dasarnya harus juga memahami desain
dan perilaku struktur rangka.
V. Desain
a. Desain
Struktur
Desain
struktur dapat didefinisikan sebagai suatu paduan dari sains dan seni, yang
mengkombinasikan perasaan intuitif seorang insinyur yang berpengalaman mengenai
perilaku struktur dengan pengetahuan yang mendalam mengenai prinsip – prinsip
statika, dinamika, mekanika bahan dan analisis struktur, untuk menciptakan
suatu struktur yang aman dan ekonomis sehingga dapat berfungsi seperti yang diharapkan.
b. Prinsip –
prinsip Desain
Desain
merupakan suatu proses untuk mendapatkan penyelesaian yang optimum. Dalam
desain apapun, harus ditentukan sejumlah kriteria untuk menilai apakah yang
optimum tersebut telah tercapai atau belum. Untuk sebuah struktur, kriteria –
kriteria tersebut dpat berupa :
1. Biaya
minimum,
2. Berat
yang minimum,
3. Waktu
konstruksi yang minimum,
4. Jumlah
tenaga kerja minimum,
5. Biaya
pembuatan produk – produk pemilik yang minimum,
6. Efisiensi
pengoperasian yang maksimum bagi pemilik.
Biasanya
dilibatkan beberapa kriteria yang masing – masing perlu diberi bobot nilai.
Dengan memperhatikan kriteria yang mungkin seperti diatas, tampaklah bahwa
penentuan kriteria – kriteria yang terukur dengan jelas pun (seperti berat dan
biaya) untuk mencapai suatu optimum kerap kali terbukti tidak mudah, bahkan
mustahil dilakukan. Dalam kebanyakan situasi praktis, penilaian hanya dapat
dilakukan secara kualitatif.
Apabila
suatu kriteria tertentu dapat diwujudkan secara matematis, untuk memperoleh
titik maksimum dan minimum dari fungsi objektif yang bersangkutan, dapat
digunakan teknik – teknik optimasi. namun hendaknya kita tidak melupakan
kriteria subyektif lainnya, walaupun pengintegrasian dai prinsip – prinsip
perilaku dengan desain elemen – elemen baja struktur hanya berdasarkan kriteria
– kriteria objektif yang sderhana saja, misalnya berat dan biaya.
c. Prosedur
Desain
Prosedur
desain dapat dianggap terdiri dari dua bagian, desain fungsional dan deain
kerangka kerja struktural. Desain fungsional menjamin tercapainya hasil – hasil
yang dikehendaki seperti :
a. Area
kerja yang lapang dan mencukupi,
b. Ventilasi
atau pengkondisian udara yang tepat,
c. Fasilitas
– fasilitas transfortasi yang memadai, seperti lift, tangga, dan derek
atau alat –alat untuk menangani bahan – bahan,
d.
Pencahayaan yang cukup,
e. Estetika.
Desain
kerangka kerja struktural berarti pemilihan susunan serta ukuran elemen –
elemen struktur yang tepat, sehingga beban – beban layanan bekerja dengan aman.
Secara gari
besar, prosedur desain secara iteratif dapat digambarkan sebagai berikut :
1)
Perencanaan. Penentuan
fungsi – fungsi yang akan dilayani oleh struktur yang bersangkutan. Tentukan
kriteria – kriteria untuk mengukur apakah desain yang dihasilkan telah mencapai
optimum.
2)
Konfigurasi struktur pendahuluan. Susunan dari elemen – elemen yang akan melayani
fungsi – fungsi pada langkah 1
3) Penentuan
beban – beban yang harus
dipikul.
4) Pemilihan
batang pendahuluan. Pemilihan
ukuran batang yang memenuhi kriteria objektif, seperti berat atau biaya minimum
dilakukan berdasarkan keputusan dari langkah 1,2 dan 3.
5) Analisis. Analisis struktur dengan membuat
model beban – beban dan kerangka kerja struktural untuk mendapatkan gaya – gaya
internal dan defleksi yang dikehendaki.
6) Evaluasi. Apakah semua persyaratan kekuatan
dan kemampuan kerja telah terpenuhi dan apakah hasilnya sudah optimum?
Bandingkan dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
7) Redesain. Sebagai hasil dari evaluasi,
diperlukan pengulangan bagian mana saja dai urutan 1 sampai dengan 6. Langkah –
langkah tersebut merupakan suatu proses iteratif. Namun dengan mengingat bahwa
konfigurasi struktur dan pembebanan luar telah ditentukan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar